PEMIKIRAN KH AHMAD DAHLAN TENTANG UPAYA MEMBANGUN DINAMIKA PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) dinamika pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang  pendidikan Islam di Indonesia?, 2) kendala KH Ahmad Dahlan dalam  membangun dinamika pemikiran pendidikan Islam di Indonesia, dan 3) upaya KH Ahmad Dahlan dalam membangun dinamika  pemikiran pendidikan Islam di Indonesia?. Jenis penelitian ini yaitu penelitian library research atau penelitian perpustakaan dengan pendekatan analisa deskriptif. Instrumen penelitian meliputi kuesioner dan dokumentasi dengan teknik analisa data berupa Interpretasi dan Hermeneutika, Induksi dan Deduksi serta Kesinambungan Historis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Dinamika pemikiran KH Ahmad Dahlan tentang  pendidikan Islam di Indonesia pada bidang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari motivasi didirikan Muhammadiyah terutama dengan gagasan pembaharuan organisasi tersebut. Tujuan didirikan persyarikatan Muhammadiyah ini adalah untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang daru kemurnian ajaran Islam. 2) Kendala KH Ahmad Dahlan dalam membangun pemikiran pendidikan Islam di Indonesia karena adanya dikotomi, pemisahan antara pendidikan agama dan pendidikan sains Barat, terlihat pula pada orientasi di satu pihak lembaga-lembaga pendidikan Islam saat itu tidak bisa menghasilkan ilmuwan yang mempunyai otoritas karena mementingkan masalah keakhiratan semata, dan pihak lain pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial penjajah Belanda sama sekali tidak memperhatikan masalah-masalah kehidupan keakhiratan, hanya mementingkan kehidupan keduniawian. 3) Upaya KH Ahmad Dahlan dalam membangun pemikiran pendidikan Islam di Indonesia yakni dengan tekad yang kuat, tanpa menunggu dukungan dan bantuan orang luar, ia mendirikan sekolah sendiri. Dengan mengambil tempat di serambi, pinggiran rumah tinggalnya, diletakkan bangku-bangku dan meja tulis untuk tempat belajar para murid. Belajar dengan cara sedemikian pada saat itu sangat asing di kalangan para santri dan dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.